Kondisi yang mempengaruhi emosi dapat dilihat dari sejumlah faktor. Sejumlah studi tentang emosi anak telah menyingkapkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor pematangan (maturation) dan faktor belajar. Hal ini tidak sematamata tergantung pada salah satunya. Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal masa kehid upan tidak berarti tidak ada. Reaksi emosional itu mungkin akan muncul di kemudian hari, dengan adanya pematangan dan sistem endokrin. Pematangan dan belajar berjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi sehingga pada saatnya akan sulit untuk menentukan dampak relatifnya.
Bukti tentang peran yang dimainkan faktor pematangan dan faktor belajar dalam perkembangan emosi disajikan di bawah ini. Peran pematangan perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti. Demikian pula, kemampuan mengingat dan menduga mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian, anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda (9, 40, 82).
baca juga : Bagaimana Emosi Mempengaruhi Diri Anak
Perkembangan kelenjar endokrin penting untuk mematangkan perilaku emosional. Bayi secara relatif kekurangan produksi endokrin yang diperlukan untuk menopang reaksi fisiologis terhadap stess. Kelenjar adrenalin yang memainkan peran utamaapada emosi mengecil secara, tajam segera setelahabayi lahir. Tidak lama kemudian kelenjar itu mulai membesar lagi dan membesar dengan pesat sampai anak berusia 5 tahun. Pembesarannya melambat pada usia 5 sampai 11 tahun, dan membesar lebih pesat lagi sampai anak berusia 16 tahun. Dan pad ausia 16 tahun kelenjar tersebut mencapai kembali ukuran semula seperti pada saat anak lahir. Hanya sedikit adrenalin yang diproduksi dan dikeluarkan, pada saat kelenjar itu membesar. Pengaruhnya penting terhadap keadaan emosional pada masa kanak-kanak (9, 57).
Peran belajar
Lima jenis kegiatan belajar turut menunjang pola perkembangan emosi pada masa kanak-kanak. Sebagai contoh bayi yang baru lahir tidak mampu mengekspresikan kemarahan kecuali dengan menangis. Dengan adanya pematangan sistem syaraf dan otot, anak-anak mengembangkan potensi untuk berbagai macam reaksi. Pengalaman belajar mereka akan menentukan reaksi potensial mana yang akan mereka gunakan untuk menyatakan kemarahan.